MESKI bukan homo saya menyukai Hary Tanoe. Pertama-tama karena ia ganteng. Saya senang
lihat orang ganteng. Tak seperti saya. Udah
bulu ketiak keriting, bulu hidung keluar, gigi berantakan, hidup lagi. Maka dari
pada sedih tengok muka sendiri,
Pembaca, saya lihat wajah Hary Tanoe saja. Apalagi sekarang sudah terpampang di
jalan-jalan bersama Bapak Wiranto. Itu tu, Bapak yang mendadak murah senyum itu.
(Pasti lagi ada maunya. Hehe...)
Kedua
karena kecerdasannya. Tidak, tidak. cerdas saja tidak cukup. Hary Tanoe tak
hanya cerdas tapi juga bijaksana. Ia tahu rakyat Indonesia sekarang tak belajar
apa-apa di sekolah. Sekolah tidak sekolah, kelakuannya sama saja. Walau pun
kata-kata character building alias
pembangunan karakter selalu didengung-dengungkan menteri pendidikan dan komplotannya,
tapi itu persis seperti dalam lagu Iwan Fals, “Hanya celoteh belaka”
Tapi
untung ada Hary Potter. Iya, iya, iya. Hary Tanoe, maksudnya. Ia punya channel
televisi. Tak tanggung-tanggung, Pembaca, ada beberapa: MNC TV, Global TV, dan
RCTI. Hary tahu adagium lama bahwa televisi
jadi tuntunan dan tuntunan jadi tontonan”. Karena cukup peduli pada kita, ia
mendirikan siaran televisi sebagai alternatif mendidik rakyat. Ia sengaja tak
menampilkan tayangan-tayangan cabul, tayangan-tayangan yang menjual paha dan
buah dada perempuan. Tak pernah ia tampilkan itu!
Sebaliknya,
Hary, melalui televisinya, telah berperan memotivasi pemuda untuk belajar, berkarya
dan bekerja. Tujuannya tidak lain agar bangsa ini mau keluar dari sifat melempem, konsumtif, dan tidak melulu jadi sasaran dagang bangsa asing, dari dulu sampai besok.
Berkat
televisinya pula manusia-manusia Indonesia hari ini menjadi lebih berkualitas,
berkarakter, dan tidak menjadi anak
layangan yang mudah terbang kemana angin bertiup. Mereka tumbuh kuat, punya
prinsip, dan tak mudah digiring.
Siaran-siaran
yang digandrungi remaja semisal program musik (yang ada Luna Maya itu), sengaja
tak ia putar di pagi hari. Menurut Hary itu dapat menganggu jam sekolah. Walau
sekolah tidak mengajari mereka apa-apa, setidaknya itu lebih baik ketimbang
menonton televisi. Menonton hiburan di pagi hari dapat membuat anak muda
terlena juga mematikan hasrat mereka untuk berpikir dan berkarya.
Saya
senang, Hary Tanoe telah berperan dalam membangun kebudayaan kita menjadi lebih
baik hari ini. Ia telah membuat orang-orang Indonesia menjadi lebih beradab.
Bukankah sekarang kita tidak pernah mendengar lagi berita tentang penyelewengan
uang negara, tawuran antar siswa, penipuan, manipulasi dan pencurian? Di jalan
raya saja kita sudah begitu sopan. Begitu lampu hijau menyala, tak kita dengar rentetan
bunyi klakson. Kalau ada pejalan kaki menyeberang, pengendara mobil dengan
senang hati melambatkan laju. Oh Tuhan, Bukankah ini sebuah kemajuan?
Bayangkan
kalau kita tidak dididik oleh televisi-televisinya itu? Hidup kita di Indonesia
ini akan amburadul dan penuh dengan kabar buruk. Kita akan bertubi-tubi mendengar
berita-berita semisal korupsi, porno aksi dilakukan anak sekolahan, sogok-menyogok
hakim, dan sebagainya.
Sekali
lagi, Hary dengan tulus menjadikan televisi sebagai media untuk mendidik
bangsa. Tidak pernah pun terbersit dalam pikirannya untuk menjadikan televisi
sebagai alat propaganda politis, pencitraan, apalagi untuk memperdaya rakyat
demi memperkaya diri.
Saya
juga terharu, Pembaca, mendengar niat baik Hary Tanoe mencalonkan diri menjadi
wakil presiden. Ia punya jiwa membangun, bukan jiwa seorang yang berorientasi
bisnis. Tentu akan beda kalau seorang bermental bisnis yang mencalonkan diri
jadi pejabat. Kemungkinan ia akan melulu mengukur laba rugi dan mencari celah
untuk selalu dapat untung. Yah, namanya saja pengusaha.
Ia
dan Pak Wiranto punya jargon indah, “Bersih, Peduli dan Tegas”. Kalau Pak
Wiranto bersih dalam karir militernya, misalnya waktu konflik di Aceh dulu, dia
tidak melakukan apa-apa kecuali beristighfar saja dalam mesjid, Hary Tanoe pun
demikian halnya. Ia bersih dalam dunia pertelevisian. Tayangan-tayangannya
selalu bersih dan bagus untuk alam pikiran anak-anak indonesia. Membantu mereka
berpikir kritis, dan tidak terlena.
Jadi
begitulah, Pembaca. Andai kata Pembaca menemukan kebohongan dalam tulisan ini, saya
tak sengaja. Semua karena saya terlalu senang pada Hary Tanoe. Terutama
karena yang tadi itu. ehm... Sebenarnya
saya agak malu bilangnya. Soalnya
ia tampan sih! Imut lagi. Kayak boneka barbie gitu. hihi... []
Sumber gambar: inilah.com
4 comments
nyoe cap (y) (y)bg putra hy..
hehe
hary tanoe seperti berbie, imut2 lom.
karap hi bg hamdah hah
:D
Haha.. Makasih, Dek Yan. Nyan cit ngegemesin meunyo kheun awak blah deh. hahaa
HT pilihanmoe ya mas bro????
nyan ka can jeut keu jurkam droeneh....hahaha
majasnya kereeeennnn :D
Posting Komentar