-------

Minggu, 03 Juni 2012

Tipu Ibu


"Adek bayi itu datangnya darimana, Ma?"

Setelah mendengar jawaban ibu, bertahun-tahun kita kerap peka pada langit. Kita mengacungkan telunjuk tinggi-tinggi manakala ada pesawat melintas. Kita cekikikan.

"Aku yang lihat duluan!"
"Bukan, aku duluan!"

Kita saling mendebat. Dalam gegas kita menyatukan tangan kanan dengan tangan kiri membentuk corong lalu kita tempelkan di mulut.

"Pesawat, kami mau adik lagi!"
"Berikan kami adik baru!"

Kita berteriak menukik hingga muka memerah. Tak satu pun pesawat mengabulkan permintaan kita.

Kecewa, kita kembali pada ibu, 

"Bu, pesawat itu pelit! Kenapa pesawat tidak menjatuhkan adik bayi?"

Ibu membelai rambut kita sambil tersenyum. Ibu kata, pesawat mengirim adik ketika kita sedang terlelap. 

Sekarang kita tahu siapa yang pertama kali membohongi kita. Kita tak marah, mengingatnya saja kita tersenyum.

Begitulah cara ibu berbohong, tanpa melukai.[]

Jumat, 01 Juni 2012

Fiksi Mini


Hujan menderas. Terlihat ibu-ibu di komplek berlarian ke rumah masing-masing. Sudah satu jam berlalu. Kita duduk tenang di bangku teras rumahmu. Kau kata, begitulah kau suatu saat,

“Apa kau masih mencintaiku, jika aku sudah jadi ibu-ibu?”
“Tidak,” aku menyungging senyum. 

Rautmu merajuk. Kau mencubit pahaku.
“Aw…” aku tak bisa menahan tawa. Anggunmu semakin muncul saat kau cemberut begitu. 

“Kalau siang aku memang sering sendiri. Ibu sama Ayah biasa pulang malam” katamu. Setiap kali bicara, aku memperhatikan bibir tipismu merekah. 

“Karena itukah kau menghubungiku?”
“Memang tidak boleh ya?”

Aku tersenyum saja. Kau tersipu dan berkata,

“Aku kangen” 

Gemuruh cinta seketika menggelora dalam dadaku.

Hari semakin sore. Hujan belum reda. Kau mendekat dan berbisik pelan, 

“Kita masuk yuk!” 

Kau menarik tangan kananku mengajak ke dalam. Aku manut seperti kambing dicucuk hidung.

***