Hujan menderas. Terlihat ibu-ibu di komplek berlarian ke rumah masing-masing. Sudah satu jam berlalu. Kita duduk tenang di bangku teras rumahmu. Kau kata, begitulah kau suatu saat,
“Apa kau masih mencintaiku, jika aku sudah jadi ibu-ibu?”
“Tidak,” aku menyungging senyum.
Rautmu merajuk. Kau mencubit pahaku.
“Aw…” aku tak bisa menahan tawa. Anggunmu semakin muncul saat kau cemberut begitu.
“Kalau siang aku memang sering sendiri. Ibu sama Ayah biasa pulang malam” katamu. Setiap kali bicara, aku memperhatikan bibir tipismu merekah.
“Karena itukah kau menghubungiku?”
“Memang tidak boleh ya?”
Aku tersenyum saja. Kau tersipu dan berkata,
“Aku kangen”
Gemuruh cinta seketika menggelora dalam dadaku.
Hari semakin sore. Hujan belum reda. Kau mendekat dan berbisik pelan,
“Kita masuk yuk!”
Kau menarik tangan kananku mengajak ke dalam. Aku manut seperti kambing dicucuk hidung.
***
0 comments
Posting Komentar