-------

Senin, 10 Februari 2014

Bendera Partai

POLEM teringat kata-kata seorang teman lama, “Hidup adalah lelucon bagi mereka yang mengandalkan rasio dan malapetaka bagi mereka yang mengandalkan perasaan”. Polem tak terlalu paham. Bagi Polem sederhana saja memahaminya: kalau berpikir, jangan dengan perasaan, tapi (sekurang-kurangnya) dengan akal sehat dan hati nurani. Dan bagi Polem, yang terpenting itu lucu. Hidup itu harus lucu. Seperti lirik lagu Iwan Fals, “Hidup sudah susah, ngapain dibikin susah!”

Soal bendera misalnya. Itu lucu. Polem senang. Ada hiburan gratis. Apalagi setelah bertahun-tahun hidup dalam konflik. Untuk tertawa, sulit. Sekarang Polem menikmati itu.

Polem bercerita pada saya, Pembaca. Ada dua tetangganya orang partai. Apa Ta’ak berpartai Asam Sunti (PAS), dan Apa Kapluk berpartai Pliek U (PPU). Nah, ketika Apa Ta’ak sedang tidur, Apa Kapluk bangun dan mencabut bendera Partai Asam Sunti di pagar di pinggir jalan. Tentu saja itu membuat Apa Ta’ak geram. Besoknya Apa Ta’ak melakukan hal yang sama, menyembunyikan bendera Partai Pliek U.

Ini mengingatkan Polem pada masa kecil dulu. Di tempat mengaji, ia menyembunyikan sandal Rabumah. Di hari lain, Rabumah menyembunyikan sandalnya. Mereka berdua ditertawakan dan ikut tertawa. Ketia dewasa, Rabumah kemudian bersatu dengan Polem dalam mahligai percintaan. Seperti dalam Cinderella saja!

Polem pun jadi curiga. Jangan-jangan main cabut dan menyembunyikan bendera itu ciri-ciri mereka akan kawin. Tapi bagaimana mungkin Apa Ta’ak akan kawin dengan Apa Kapluk? Mereka sama-sama lelaki. Polem tertawa. “Mungkin partainya yang akan kawin.”

Tapi apa lacur, ketika Polem baca berita kemarin, ia terperanjat dan ketakutan. Di sebuah daerah, ada yang meninggal gara-gara bendera partai. Katanya dikeroyok. Kok bisa? Polem mengelus-elus dada. Nyawa kok tak ada harga hanya karena bendera, demi secuil kekuasaan!

Polem pun bergumam:

“Itulah kalau mengandalkan perasaan dalam membuat keputusan. Ketika perasaan benci, keputusannya ya hantam alias sipak trom. Aduhai bangsaku! Lelucon macam apa ini! Kenapa membuang akal sehat? Kenapa tak mendengar hati nurani?”

Polem mengelap ingus. []

1 comments

Lintasanpenaku 14 Februari 2014 pukul 21.35

bereh mas bro!....
ada yang mengacungkan bendera putih ga?haha
biar damai

Posting Komentar