-------

Senin, 17 Oktober 2011

Animal Simbolicum

Suatu ketika Dale Carnegie menulis dalam sebuah bukunya sesuatu yang membuat saya cukup terkesan. Bapak yang dikenal sebagai pakar psikologi sosial ini membuat sebuah permisalan yang sangat sesuai dengan kenyataan. Ada seorang bapak, tulis Carngie, ia memelihara beberapa domba. Setiap hari ia merawat dan memperhatikan kesehatan hewan-hewan ini. Tujuannya bukan untuk disembelih supaya dimakan dagingnya, tidak pula untuk dijual. Domba-domba ini dipelihara untuk diperlombakan. Singkat cerita, domba-domba ini kemudian diterjunkan dalam perlombaan. Berkat usaha dan kerja keras, akhirnya mereka berhasil membawa pulang tropi kemenangan. Si Bapak sangat senang dan gembira. Ia mengambil tropi tersebut dan menaruhnya di ruang tamu agar setiap orang datang bisa dapat melihat buah dari kerja kerasnya itu. Nah, apa yang terjadi dengan  domba?
Mereka tak mengerti arti penting tropi itu. Bagi mereka air dan rumput segar sudah lebih dari cukup.

Itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia makhluk yang terikat dengan simbol. Para sosiolog menyebutnya animal simbolicum. Contoh lain saat bertamu ke rumah seseorang, kita akan melihat ada sertifikat yang ditempelkan di dinding, tropi, dan yang paling lazim kita lihat adalah foto seorang sarjana dengan toga. Termasuk juga peletakan gelar pada nama. Seperti profesor, doktor,dokter, bahkan di Indonesia punya gelar khusus untuk orang yang telah menunaikan rukun iman kelima. Menjadi penting bagi mereka menambah "H" sebelum nama asli. Misalnya "Prof.H. Putra Pelipur Lara". 

Simbol-simbol bukan untuk iseng. Manusia mempertaruhkan hidupnya untuk itu. Mereka percaya simbol tertentu dapat mengangkat derajat mereka. Apalagi kegandrungan kita menciptakan kelas. Kita mengkatagorikan kelas menengah ke bawah, kelas menengah atas dan sebagainya. Begitu juga dengan persepsi kita. Perlakuan atau etika kita akan berbeda antara orang dengan nama Abdullah (tanpa gelar) dan Prof. H Abdullah M.Sc atau Ust. H. Abdullah. Untuk inilah manusia berjuang, untuk naik kelas. Tak peduli mesti harus mengeluarkan uang dan tenaga.

Manusia itu animal simbolicum. Ia menyukai simbol. Semua usaha untuk mendapat simbol wajar selama tidak menyalahi norma. Tidak sampai harus mengorbankan etika dan harga diri. Seorang wanita misalnyakarena kita orang timurtidak harus memakai bikini demi julukan sexy dan sebagainya. Animal simbolicum harus selalu dikawal dengan akal sehat.

0 comments

Posting Komentar