Layaknya kata sex, menulis menulis merupakan kata yang cukup membangkitkan gairah bagi saya. Tentunya saya juga tahu bahwa ini tidak berlaku untuk semua. Tidak sama persis seperti sex di mana setiap seorang bisa langsung bergairah ataupun sedikit malu-malu ketika mendengar atau membicarakannya. Yang jelas sex merupakan sesuatu yang paling diminati oleh manusia seantero jagat ini. Lain lagi dengan menulis. tidak banyak orang yang begitu terangsang untuk melakukan kegiatan ini.Gairah saya sering bangkit ketika
melihat tulisan teman atau orang lain terpampang indah di koran-koran atau media online. Namun yang memprihatinkan adalah, gairah ini kemudian terkalahkan dengan pikiran-pikiran negatif yang terus berbisik ditelinga saya seperti “Ini bukan tulisan, tapi sampah yang kamu tulis” terlebih lagi ketika saya mulai membanding-bandingkan tulisan dengan tulisan para penulis yang telah profesional seperti Ampuh Devayan, Goenawan Muhammad, Desi Anwar dan lainnya.
melihat tulisan teman atau orang lain terpampang indah di koran-koran atau media online. Namun yang memprihatinkan adalah, gairah ini kemudian terkalahkan dengan pikiran-pikiran negatif yang terus berbisik ditelinga saya seperti “Ini bukan tulisan, tapi sampah yang kamu tulis” terlebih lagi ketika saya mulai membanding-bandingkan tulisan dengan tulisan para penulis yang telah profesional seperti Ampuh Devayan, Goenawan Muhammad, Desi Anwar dan lainnya.
Akhirnya saya memutuskan untuk menulis sampah. Toh, sampah terkadang juga bermanfaat. Pada menulis sampah ini ternyata saya menemukan kebebasan dan ide saya bisa menari-nari dengan lekukan tubuh yang indah dan bergerak mulus dari satu pembahasan ke pembahasan lain tanpa harus ada aturan-aturan yang selalu mengikat. Tidak boleh begini, harus begitu dan lain sebagainya. Sebagai penulis sampah, saya menjadi seorang yang bebas. hanya ada dua hal yang perlu saya perhatikan. yang pertama adalah membuat tulisan saya ini menarik untuk dibaca dan yang ke dua adalah bermanfaat.
kenapa saya menjadi penulis sampah? Iya, pertanyaan yang cukup menarik. Tentunya ada mendung sebelum hujan. saya sudah beberapa kali mengirim tulisan saya ke media namun di antara begitu banyak tulisan yang saya kirim, hanya satu opini yang dimuat dan itu pun di media belum cukup terkenal alias media yang masih fresh dalam perjalan bisnisnya. Kirim lagi, ditolak lagi, kirim lagi, tolak lagi. Akhirnya saya lelah ditambah lagi dengan rangsangan-rangsangan yang membawa fantasi indah dalam imajinasi, akhirnya saya pun memutuskan untuk menulis sampah dan saya telah rela menjadikan diri saya sebagai penulis sampah. Semoga sampah ini bermanfaat bagi siapa yang membaca. Terima kasih
0 comments
Posting Komentar