-------

Selasa, 17 Juli 2012

Rasa takut itu umpama melihat maop: besar, gelap, bermata merah, bertaring dan menjerat. Itu dirasakan oleh putraku pada suatu magrib. Keringat membaluri keningnya.

"Ayah, aku takut"

"Takut kenapa?"

"Bagaimana kalau suatu saat nanti aku diklaim jadi ... ?"

Aku tergeragap. Tak pernah kubayangkan. Sejak mendengar itu aku kerap melihat maop dalam mimpi dan sesekali merasakannya seolah duduk menyeringai di sampingku. Ia berbulu lebat dan tangannya panjang betul.

Tak ingin digelayuti perasaan resah, aku dan putraku mulai keluar rumah mencari hiburan. Kami pulang ketika mata mulai layu. Lalu kami terlelap. Dalam lelap, tanpa kami sadari, tangan maop itu ternyata meraba-raba bunga di halaman rumah bahkan sesekali mengambil perabotan dalam rumah kami secara diam-diam.

Tears In Fairmont Park

By Putra Hidayatullah

In the middle of spring, still like the last few years, I visit Fairmont Park. I sit on an iron chair placed under hundreds cherry blossom trees. Some purple, white and pink flowers fall on ground. Ten meters away two young couples are laughing while eating ice cream. The wind that afternoon blows unhurriedly and touches my hair. I see some children aged around five are playing kites excitedly in the middle. A smile shines from my face but it is soon fade when that vivid memory comes.