Jadi, tadi Bang Lara pergi shalat jum’at. Seperti biasa, sedikit telat. “Telat sedikit tidak apa-apa dari pada tidak sama sekali” Bang Lara berkilah pada hati nuraninya yang kian sepi. “Yah, kalau tidak percaya, lihat saja betapa banyak laki-laki yang tidak pergi shalat jum’at. Bersembunyi dalam rumah-rumah, warung kopi, toko-toko bahkan di meunasah. Bila dikumpulkan semuanya, cukup untuk diajak berdemo”. Salah satu diri di antara diri-diri lain pada Bang Lara menimpali.
Bang Lara memang tidak begitu bersemangat tadi. Sepulang mengajari anak-anak cara bertengkar (debat bahasa inggris), ia langsung merebahkan badan dan tangannya mulai menari di atas tuts laptop. Situs yang pertama dibuka tidak lain adalah facebook. “jaring” ini memang cukup menggoda. Setiap wifi atau modem menjadi “connected”, tanpa pikir panjang, jemari langsung mengetik www.facebook.com. Bila sudah dengan facebook, Bang Lara bisa langsung seperti bidadari yang mencium bau axe, bikin lupa diri.
“Lupa diri itu tidak baik”, ujar Bang Taqin pada suatu ketika. “itu adalah gejala kematian jiwa, bahasa arabnya disebut dengan “lagha”. Refreshing sih boleh, tapi jika refreshing itu berlebihan dan merengut waktumu untuk melakukan kewajiban, itu sudah bisa dikatakan sikap yang tidak bijak Dek Lara. Ingat nggak apa yang pernah dikatakan sama Hasan Al-Banna?” Tanya Bang Taqin. Bang Lara menggeleng-gelengkan kepala hingga air liurnya sedikit kecipratan ke baju temannya itu. “hehe… hujan lokal!” Kata Bang Lara polos. “Apa itu?” Bang Lara akhirnya terpancing juga.
“Kewajiban yang ada lebih banyak dari pada waktu yang tersedia”. Sehari ada dua puluh empat jam, nah lihat saja seberapa produktif kita. Seberapa besar porsi untuk lagha dan seberapa besar porsi untuk berkarya?. Sebenarnya Dek Lara musti bangga menjadi seorang yang beragama, konsep islam itu konsep sukses. Munculnya predikat haram pada pekerjaan tertentu seperti berjudi, berfoya-foya menunjukkan makna bahwa kita diajak untuk memilih menjadi produktif dalam berkarya dan berkarsa. “Sudah berapa tahun umur Dek Lara sekarang?”
“Dua puluh tiga tahun Bang” Jawab Bang Lara terbata-bata. “Dua puluh tiga tahun?, tua amat!” Bang Taqin seakan tak percaya. “Iya sih Bang, teman-teman juga bilang gitu, mereka sering manggil saya orang tua. Renta lagi Bang!”.
“Iya, makanya itu setidaknya menjadi teguran buatmu Dek! Dua puluh tiga tahun itu dianggap sudah cukup tua untuk melahirkan sebuah karya. Di Jawa sana Dek, orang-orang seumuran kamu sudah menciptakan hal-hal besar seperti menulis buku, bikin film, berbisnis dan lain sebagainya. Yang kreatif dong!”
“Iya Bang. Oya Bang, ada juga kawan yang bilang kalo saya itu masih imut. Kalau pakai celana pendek masih mirip anak SMP. Anak SMP yang tinggal kelas lima belas tahun”.
Seketika tawa Bang Taqin meledak. Giginya terlihat besar-besar.
“hahahahahaha….”
1 comments
Update:
bang lara diam-diam sudah jadi artis film!
kita tunggu saja premiere-nya!
Posting Komentar