-------

Jumat, 05 Oktober 2012

Dari Hal Kecil

Sesekali menanyakan pada diri sendiri untuk apa sebenarnya hidup perlu. Apakah untuk mencari reputasi, prestise, atau pujian semata. 

Setelah duduk-duduk dengan dua teman yang sudah dua tahun tak jumpa, saya mendapat sesuatu.
Kedua teman saya itu sama-sama sedang bekerja untuk  pendidikan. Kawan saya yang pertama adalah orang Amerika yang sudah lama tinggal di Aceh dan bisa saya katakan sudah menjadi orang Aceh. Semenjak tiba di Aceh dulu dia sudah mulai mengajar pada kursus-kursus. Setelah bertahun-tahun mengenal dan berteman dengannya, saya jadi tahu sedikit orientasi hidupnya. Sekarang dia memang membuka kursus bahasa inggris tapi dari keterangan dan kendala-kendala muncul yang ia sampaikan, hanya ada sedikit sekali laba dari les tersebut. Istilahnya pas-pasan ketika dipertemukan antara pendapatan dengan pengeluaran. Sekarang ia sedang merancang sebuah sekolah baru lainnya yang fokus pada dunia entrepreneurship. Ia ingin membantu orang-orang muda yang punya komitmen dan mau fokus pada dunia wirausaha meski calon siswa nanti tidak punya uang dan tidak punya ilmu. "Yang terpenting adalah ide bisnis yang akan dikembangkannya". Kata kawan saya itu. Saya tahu bahwa orientasinya itu bukanlah semata-mata karena uang. Ada hal lain yang ingin dicapainya. Dia melabelkan diri dengan social entrepreneur, seorang pengusaha yang bekerja untuk kemaslahatan sosial. 

Passion dalam bidang social entrepreneurship juga dimiliki seorang teman saya yang lain yang lebih muda. Dia adalah abang leting saya di kampus. Luar biasa. Dia sudah berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan kecil-kecilan alias taman kanak-kanak (TK) yang hari ini sudah berjalan setahun setengah. Katanya dia terinspirasi banyak dari video-video yang ia download di http://www.ted.com/ khususnya yang berkaitan dengan alternative education. Dari sana ia belajar banyak. Prinsipnya sekarang adalah ATM, Amati, Tiru, dan Modifikasi. Ada beberapa orang di luar negeri yang mendapati bahwa sistem pendidikan formal tak bisa memberi banyak kepada pelajar. Selain pula mahal. Karena itu muncul-muncul ide-ide yang bisa menjembatani masyarakat bawah untuk mengakses pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan. Teman saya itu memberi contoh seorang pemuda di India yang mapan dalam pendidikan tetapi kemudian turun ke desa untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di sana. Ia melihat masyarakat butuh listrik. Setelah itu ia belajar cara memanfaatkan listrik tenaga surya dan mengajarkannya kepada beberapa orang ibu rumah tangga. Setelah itu ibu-ibu rumah tangga itu bertugas mengajarkannya kepada yang lain. Lambat-laun desa itu menjadi terang dengan aliran energi surya. 

Berbicara tentang pendidikan alternatif ini juga mengingatkan saya pada adik leting saya di kampus. Hari ini ia sukses mendirikan sebuah taman pendidikan untuk anak-anak di desanya. Hal yang menarik perhatian besar saya sekaligus gebrakan awal yang dilakukan adik leting saya itu adalah mengumpulkan buku dari orang-orang dan organisasi sehingga waktu itu kata one man, one book kembali populer. Uniknya lagi abang leting dan adik leting saya ini turut menggunakan facebook sebagai media untuk berkomunikasi, mencari dana, dan memberi informasi terkait dengan pendirian sekolah kecil mereka yang secara ide dan geografis terpisah.

Lalu sejenak saya melihat kembali pada diri saya sendiri. Apa yang telah saya lakukan untuk orang lain? Apa yang akan saya lakukan ke depan? Mencari hiburan, reputasi, prestise, atau pujian? Seperti inikah hidup saya berakhir nanti? 

Ketika mau pulang, saya memberi usul kepada kedua teman saya itu. Saya bilang bahwa saya belajar banyak dari mereka dan kedepan akan lebih bagus kalau kita sering-sering sharing seperti ini. Tapi belum habis saya bicara, teman saya yang bule bilang, knowledge will not help anybody without action and compassion to help others. Pengetahuan saja tak cukup dan tak akan membantu tanpa aksi dan niat untuk membantu orang lain. "Jika kamu punya cita-cita ingin menjadi pilot, maka ambil pengepel lantai dan mulai mengepel bandara. Jika ingin menjadi seorang chef, maka mulailah menjadi pelayan. Mulai dari hal kecil" kata si kawan. []

1 comments

Lintasanpenaku 10 Oktober 2012 pukul 10.29

Bereh....Being Action based!

Posting Komentar