-------

Selasa, 11 Desember 2012

Ikhlas

Hari ini melelahkan. Jarang sekali saya bangun pagi kemudian bekerja. Biasanya selalu ada waktu untuk bersantai atau bahkan kembali merebahkan badan di tempat tidur. Kadang di saat bersamaan saya menyadari bahwa kewajiban yang ada lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Itu kata yang saya dapat dari teman. Katanya itu kutipan dari Hasan Al-Banna. Yang jelas itu memang benar. 

Tadi pagi dingin sekali. Beda dari biasanya. Saya disuruh ibu mengantar sebuah dokumen ke Tiro. Kata-kata ibu adalah perintah buat saya. Kalau tidak, saya harus menyiapkan kapas dan menyumpal dalam telinga karena ibu saya akan merepet sejadi-jadinya. Dua hari ini saya memang sengaja pulang kampung untuk membantu ibu yang sendirian mengurus sawah. Jadi sepulang mengantar dokumen itu ke rumah teman ibu, saya harus pergi ke sawah. Waktu kami berangkat, belum ramai orang di sawah. Setelah memarkir sepeda motor di jalan, kami berjalan melewati pematang karena sawah kami terletak agak di tengah. Saya disuruh ibu meratakan tanah mumpung air masih banyak menggenang karena semalam hujan lebat. 

Saya mengambil perata tanah yang terbuat dari kayu mirip cangkul dan mulai meratakannya perlahan. Sementara ibu saya memakai cangkul. Untung hanya sepetak tanah. Jadi tidak sampai membuat saya menyerah. Walau pun begitu, lelahnya bukan main. Di awal-awal memang terasa enteng tapi lama kelamaan terasa pegal. Tapi saya mengatur attitude saya sebaik mungkin kali ini. Saya berniat membantu ibu. Saya tidak akan minta pulang atau berhenti sebelum disuruh. Sedikit demi sedikit saya mencoba memunculkan sikap ikhlas dalam hati. Hasilnya luar biasa, saya bisa menyelesaikan pekerjaan itu dengan sempurna. Tidak hanya itu, ada kepuasan yang muncul dari kedalaman jiwa saya. Pesan moralnya adalah, kita memproduksi energi positif ketika kita mencoba ikhlas. Semoga bisa selalu ikhlas dalam apa pun. Amiin.

0 comments

Posting Komentar