-------

Rabu, 25 Desember 2013

YKS, Yuk Keep Seudee


PEMBACA budiman, sebelum memulai tulisan ini, saya ingin bersemedi sejenak dan berdoa dalam hati. Mohon Pembaca bersabar sebentar.

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk dan YKS yang juga terkutuk. Amiin.”

Nah, udah sedikit lega. Akhir-akhir ini saya memang semakin relijius, Pembaca. Kemana lagi kita berpulang ketika tiada tempat berkeluh kesah? Saya memang tidak tahu mau kemana lagi sejak program Yuk Keep Smile merajai televisi dan menguasai setiap warung kopi.

Memang saya dan kopi sudah seperti Romeo dengan Juliet. Memangnya bagaimana Romeo dengan Juliet? Saya tak mau jawab. Saya lagi kesal. Kan udah saya bilang saya lagi kesal? Kenapa masih baca juga? Pembaca ini memang bandel.

Jadi begini, Pembaca budiman. manfaatkopi.com bilang, kopi itu pembangkit stamina. Katanya pula dalam otak kita yang lembek ini ada senyawa. Namanya adenosin. Gara-gara adenosin inilah kita cepat lelah dan tertidur.

Nah, dalam kopi ada zat apa? Ada Kafe. kafe... apa? Bukan kafe la’natillah! Tentu saja kafein. Dia melambatkan gerak sel tubuh. Jadi kita tak mudah lelah, tak mengantuk, dan memunculkan perasaan segar. Dicatat ya Pembaca, perasaan segar!

Nah, saya salah apa kalau ingin perasaan segar? Karena itu saya ke warung kopi. Pun kopi memacu saraf bekerja lebih mulus. Mumpung saya punya otak, kan tidak salah? Kalau tidak punya otak bagaimana pula saya menulis ini?

Kita kembali ke jalan yang lurus, Pembaca. Saya minum kopi untuk mendapat perasaan segar dan meningkatkan konsentrasi. Tapi ada yang merampas dua hal paling berharga itu dari saya. Dengan bunyi musik yang itu-itu saja. Dengan joget yang itu-itu saja. Dengan pembawa acara keroyokan. Apa tidak ada cara cerdas lain membuat orang Indonesia tertawa? Apa tidak kasihan lihat generasi muda terhanyut dengan humor slapstick yang tak mendidik?

Humor slapstick adalah humor yang mengandalkan gerak. Misalnya gerak melaburi tepung ke muka teman. Melempar telur, memindahkan kursi ketika teman mau duduk sehingga ia terjungkil balik. Setelah itu tertawa terpingkal-pingkal. Bagi saya humor jenis itu tak mendidik. Justru mengajari orang untuk bullying. Itu humor murahan. Lebih murah dari harga kolor bekas yang sudah bolong.

Berbeda dengan humor comic. Humor ini mengandalkan kata-kata dan penggambaran. Misalnya dalam stand up comedy atau sejenis. Yang diandalkan itu anecdote-anecdote berisi kritik sosial. Kita tertawa, tapi kita juga tahu sesuatu. Apalagi tahun politik seperti ini (menjelang 2014). Seharusnya ada humor-humor tentang caleg, tentang pemilu, tentang wakil rakyat adu jotos, tentang calon presiden yang lebih cocok jadi badut dan lain sebagainya. Bukan malah humor kosong yang mengandalkan ejekan-ejekan murahan kepada teman. Dapat poin apa?

Bukankah selama ini kita rakyat kecil ini memang buta politik? Sehingga dengan mudahnya digiring dan ditipu. Setidaknya humor jadi cara terbaik untuk memberi kita pendidikan politik. Kemarin saya shock membaca kata-kata Bertolt Brecht, dramawan Jerman.

“Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat semua tergantung pada peristiwa politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusung dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional”

Politik itu berat untuk kita rakyat kecil ini. Tapi dengan humor, itu jadi encer. Jangan sepelekan humor. Guru yang paling disukai semua siswa guru yang humoris. Humor berperan dalam hidup kita. Orang-orang tidak berkualitas juga dilahirkan oleh humor-humor yang tidak berkualitas.

Sekarang kita tertawa dengan humor-humor yang membuat kita semakin terlelap dalam gelap. Kalau saya presiden, Yuk Keep Smile ini akan saya masukkan dalam teks proklamasi agar setiap senin pagi dibaca oleh anak-anak pada upacara bendera.

“Bahwasanya pikiran sehat dan perasaan segar adalah hak semua warga negara. Karena itu YKS dan kawan-kawannya harus dihapuskan dari muka bumi ini karena tidak sesuai dengan cita-cita bangsa. Kalau bisa (O...tidak. tidak boleh pakai ‘kalau bisa’. Memang wajib) Wajib dihapus dalam tempo sesingkat-singkatnya!”

Tapi saya bingung juga, Pembaca. Di Indonesia ini ada presiden tidak ya?


10 comments

Putri Maulina 25 Desember 2013 pukul 19.51

Nah bang, saya sendiri udah lama ga senang lagi nonton tv. Program-program acaranya banyak sekali yg bullying. Anehnya, acara ginian malah dapat rating tinggi. Hedeh..
Han ek tapike, aneh-aneh that acara tv lawet nyoe. Ntah di mn peran KPI. Heran saya.

Putra Hidayatullah 25 Desember 2013 pukul 21.15

Saya juga udah end dengan televisi. Saya berencana tidak menggunakan televisi ketika berkeluarga nanti. Karena itu mesin pengrusak yang paling beracun. Rakyat Indonesia tak akan pernah terdidik selama televisi tak pernah dididik. Baik KPI, menteri, presiden sama saja. Semua sibuk berpolitik. Lampah tatampa bak bak set!

Lizanovia 26 Desember 2013 pukul 05.00

Saya malah baru tahu kepanjangan YKS itu beberapa hari lalu. Mending nonton film kartun daripada nonton YKS pun

Anonim

solusinya matikan tipi atau jual tipinya,,,hahah



http://zakasz.blogspot.com/2013/08/daftar-film-lengkap-yang-akan-tayang.html

Anonim

Bahkan saya yang tidak pernah nonton (dengan sengaja) YKS pun muak dg acara itu. Karena di TV warung-warung makan selalu menanyangkan acara itu. Alhasil jadi tahu juga kalau ada acara gak berguna itu. Hehe,,

Syarfina S. Malem 27 Desember 2013 pukul 02.08

wah kami jadi penasaran pengen nonton :)

Unknown 28 Desember 2013 pukul 07.06

ya ampun... akhirnya nemu jg org yg protes ma acara tak mendidik ini.. yg bikin heran napa pula, banyak orang berkerumun mau ikut joget2 disitu??

Liza-fathia.com 28 Desember 2013 pukul 09.46

Saya pernah menonton karena tidak sengaja putra. oh sunggub memalukan

salam
www.liza-fathia.com

Liza-fathia.com 28 Desember 2013 pukul 09.47

saya pernah beberapa kali menonton acara yang memalukan itu. oh sungguh sangat disesalkan

Anonim

secara umum kondisi acara di telivisi indonesia memprihatinkan
lost etika dan moral..

Posting Komentar