Kalau tak punya ide, tetaplah menulis. Berhadapan dengan teks terkadang memang sulit dan membosankan. Putu Wijaya mengibaratkannya seperti menggorok leher. Saat menulis ini saya sedang merasakan itu. Keinginan menulis yang membara dihadang oleh ketiadaan ide yang sungguh sangar. Terlalu sering saya menyerah dengan berhenti melanjutkan kalimat-kalimat selanjutnya dari sebuah tulisan. Dan itu tidak memberi untung.
Saya tetap akan melanjutkan kalimat hingga tulisan ini selesai. Saya tidak boleh membuat diri terbiasa menyerah tapi harus berusaha sedikit demi sedikit supaya mampu menulis dengan baik dan yang paling penting menghancurkan writer's block yang sudah bertahun tidur-tiduran di kepala saya. Kalau kalian menyukai dunia tulis-menulis, kalian pasti pernah merasakan ini. Seperti orang yang baru memulai bisnis. Ada saja hambatan muncul. Ungkapan klasiknya "aral melintang". Atau contoh lain seperti anak kecil belajar berjalan.
Saya tetap akan melanjutkan kalimat hingga tulisan ini selesai. Saya tidak boleh membuat diri terbiasa menyerah tapi harus berusaha sedikit demi sedikit supaya mampu menulis dengan baik dan yang paling penting menghancurkan writer's block yang sudah bertahun tidur-tiduran di kepala saya. Kalau kalian menyukai dunia tulis-menulis, kalian pasti pernah merasakan ini. Seperti orang yang baru memulai bisnis. Ada saja hambatan muncul. Ungkapan klasiknya "aral melintang". Atau contoh lain seperti anak kecil belajar berjalan.
Setidaknya ada dua hal yang tidak lagi kita miliki saat kita sudah dewasa. Yang pertama kita tidak lagi suka bertanya "mengapa". Waktu kecil kita selalu bertanya mengapa gunung kalau kita lihat dari kejauhan warnanya biru. Mengapa kalau minum kopi mata kita susah terpejam. Mengapa seorang lelaki lebih kuat dari perempuan. Tapi beranjak dewasa kebiasaan bertanya itu menghilang. Hanya beberapa orang cerdas saja yang masih menyimpan rasa ingin tahu mereka. Sementara yang lain sudah menganggap diri tahu segalanya sehingga sampai tidak harus lagi bertanya, tidak perlu membaca atau pada tingkat lebih parah, tidak mau tahu. Padahal seiring kita tumbuh dewasa hal yang semestinya kita tahu pun semakin besar.
Yang kedua adalah seperti yang saya sebut di atas. Anak kecil tidak pernah menyerah meski sering terjatuh saat berjalan. Saat dewasa model jatuhnya jadi berbeda. Bisa jadi dengan komentar-komentar negatif orang lain. Misalnya dalam menulis. Ada yang mengatakan tulisan kita buruk, tidak berisi dan sebagainya. Kalau memang masih bisa berpikir sehat, itu memang wajar. Siapa pun tidak bisa membohongi dirinya. Apakah ia seorang pemula dalam suatu bidang atau sudah memiliki jam terbang tinggi. Seberapa hebat pun kita menyembunyikannya, jam terbang itu akan menyeruak. Seperti saya misalnya. Saya tidak bisa menyembunyikan kemampuan menulis saya yang masih tipis ini dengan menyelipkan kata-kata asing supaya terlihat intelek atau memberi kesan bahwa saya seorang dengan bacaan luas dan menguasai bendahara kata yang tidak sedikit.
Saya masih belajar dan begitu menyadari masih banyak yang harus saya pelajari. saya juga percaya tulisan saya tidak akan selamanya jelek. Suatu saat tulisan-tulisan jelek akan berakumulasi melahirkan tulisan bagus. Penulis-penulis hebat hari ini juga menulis buruk sebelumnya. Tapi itulah tadi, jam terbang termasuk bacaan yang akan menentukan bukan komentar-komentar dari orang-orang.
Kalau saya ibaratkan, ide itu seperti seorang raja yang kejam. Ia duduk-duduk di istana sementara kita harus memijatnya bahkan kadang sampai pada level menjilat supaya ia mau bersahabat dan memberikan bahan untuk kita berkarya. Dan kalau sudah ada, kalau kita tahu cara memperlakukannya dengan baik maka ia akan berkembang biak. Seperti kata seorang penulis asing yang saya tak ingat namanya. "Ide itu seperti sepasang kelinci. Kalau kita tahu cara memeliharanya, mereka akan beranak pinak hingga banyak"
Jadi begitulah. Akhirnya saya bisa menyelesaikan tulisan ini meski tidak ada ide. Terimakasih untuk diri saya sendiri yang sudah berjuang melewati aral hingga sampai di sini. Sampai berjumpa di tulisan selanjutnya.
0 comments
Posting Komentar