SAYA ini memang nakal dan sering tak berdaya di hadapan wanita cantik. Saya suka mencuri-curi
pandang sambil berkhayal. Padahal saya pernah diajari kalau perbuatan itu
tak baik. Tapi saya ini persis seperti kata seseorang yang saya lupa namanya,
“Aku bisa menahan apa pun kecuali godaan”.
Saya memang nakal dan mudah tergoda. Tapi jangan pembaca terlalu kejam
menghakimi saya seperti itu. Pasalnya, senakal-nakal saya, negara kita
Indonesia ini jauh lebih nakal. Saya sudah bilang saya ini mudah tergoda, tapi
ibu Nafsiah binti Haji Walinono tega memanfaatkan ketidakberdayaan ini dengan
membagi-bagikan kondom. Gratis pula! Siapa yang tidak suka dengan yang
gratis-gratis? Anak kecil pun mau kalau dikasih kondom gratis. Kita kan punya
adagium, meunyo pre, gambe mangat!
Kalau
kondom gratis ini dibagikan masa saya kecil dulu, saya akan meniupnya karena
yang saya tahu kondom itu nama lain dari balon. Jadi ceritanya begini, dulu di meunasah saya pernah mendengar beberapa
orang tua bergosip tentang seseorang lelaki. Ia digrebek di kota. Dalam kamarnya
ditemukan kondom. Saya melihat ekspresi kejut orang tua itu begitu mendengar kata
kondom. Sontak saya penasaran. Ketika mereka sudah pulang, diam-diam saya
bertanya pada ustaz saya. “Ustaz, kondom itu apa?” Dengan santai ustaz
menjawab, “Kondom itu balon”. Saya mengangguk dan langsung teringat guru bahasa
indonesia di sekolah. Hei, bukankah ini yang disebut dengan sinonim?
Tapi
kalau anak kecil zaman sekarang beda. Mereka sudah lebih duluan nakal dari saya. Mereka tahu kondom bahkan nekat memakainya meski longgar. Coba-coba. Yah,
nama saja anak zaman sekarang! Apa yang mereka tidak tahu? Akses bebas internet
mengajari mereka banyak hal, tak seperti saya dulu.
Mungkin
karena tidak ingin anak-anak zaman sekarang ketinggalan seperti saya yang baru
mengenal kondom menjelang dewasa, dibuatlah Pekan Kondom Nasional. Sungguh suatu pembaharuan bukan?
Ini
juga memberi makna baru pada orang-orang yang nakal seperti saya ini. Di bawah
kata-kata Pekan Kondom Nasional itu saya bisa menerawang dengan mata batin saya (bak si Joko Bodo). Ada sebuah slogan tak kasat mata. “Ayo, jangan
berani berkhayal saja! Mari meraba, mari mendaki. Aman kok!”
3 comments
hahahahaha! renyah sekali, bang!
gurih gurih ahahahhahahahha
hahaha... langsung teringat guru sekolah, sang2 u keudeh, ternyata namanya sinonim..hahah
Posting Komentar