Kalau saya boleh membuat sebuah perbandingan, saya akan mengatakan bahwa menulis itu sama seperti seorang anak kecil yang belajar berjalan. Berkali-kali jatuh kemudian bangkit. Lalu jatuh lagi kemudian bangkit lagi. Beginilah keadaan terus menerus terjadi sehingga seorang anak kecil bisa berjalan bahkan berlari. Menulis juga tidak jauh berbeda dengan gambaran ini. berkali-kali kita menulis dan membaca kembali tulisan kita yang kadang-kadang terlihat bagaikan sampah dan tak layak untuk dibaca bahkan oleh diri sendiri. Namun, apa hendak dikata, itulah bagian dari proses.
“jangan pernah gagal di proses” begitu kata teman saya suatu ketika. Yah, apa pun yang kita lakukan, teruslah mengabdi pada proses walaupun terkadang hasil yang kita inginkan belum tercapai sesuai dengan yang kita harapkan, tapi itu bukanlah sebuah alasan untuk berhenti. Saya sering dan sangat suka penggalan dari salah satu lirik Iwan Fals, “ Tujuan bukan Utama, yang utama adalah prosesnya” kalimat ini memberikan daya magis dan memunculkan motivasi untuk terus menerus bergelut dalam proses hingga tujuan yang saya impikan tercapai.
Sebuah kerugian besar dan mungkin akan menjadi malapetaka yang tidak kecil manakala kita tidak menyadari bahwa kita mampu ataupun dengan cepat memvonis bahwa kita tidak sanggup. Bayangkan apa yang akan terjadi seandainya seorang balita yang berhenti belajar berjalan pada saat pertama ia jatuh. Apa yang akan terjadi seandainya ia memutuskan bahwa ia memang tidak akan pernah bisa berjalan. Astaghfirullah, betapa nikmat Tuhan yang besar itu tersia-siakan begitu saja hanya karena pikiran. Yakni pikiran negative yang berhasil menuntunnya untuk berpikir kecil dan terus menerus merendahkan diri sendiri.
Ketika anak itu tidak berpikir negative dan terus belajar berjalan, yang dia peroleh ternyata bukan hanya skill berjalan tapi juga berlari, bisa bermain bola, dan lainnya. Hal ini juga berlaku dalam dunia tulis menulis. Banyak di antara kita termasuk saya sendiri yang masih bayi dalam dunia ini. merangkak dan terus merangkak kemudian sesekali jatuh. Tetap, harus bangkit latihan dan terus latihan yang kuat agar berhasil.
Tantangan demi tantangan yang muncul pastinya tidak sedikit. Mulai dari mendapatkan ide, mengatur gaya memainkan kata-kata, kehilangan mood, berusaha menjaga motivasi dalam artian bahwa menjaga diri agar tetap konsisten dalam berkarya. Itu semua menjadi makanan sehari-hari yang memang harus siap untuk ditelan mentah-mentah.
Percaya atau tidak, penulis terkenal mana pun di dunia pasti mengalami hal yang sama ketika dulu dia belajar menulis. Banyak hambatan, tantangan, dan rintangan. Namun modal utama yakni focus dan konsisten menjadikan mereka berhasil dan dikenal. Hal-hal seperti ini tentu bisa menjadi bahan renungan bagi para penulis pemula yang memang bertekad kuat untuk menjadi penulis.
0 comments
Posting Komentar