-------

Rabu, 18 Desember 2013

Yang Mulia Hary Tanoe

MESKI bukan homo saya menyukai Hary Tanoe. Pertama-tama karena ia ganteng. Saya senang lihat orang ganteng. Tak seperti saya. Udah bulu ketiak keriting, bulu hidung keluar, gigi berantakan, hidup lagi. Maka dari pada sedih tengok muka sendiri, Pembaca, saya lihat wajah Hary Tanoe saja. Apalagi sekarang sudah terpampang di jalan-jalan bersama Bapak Wiranto. Itu tu, Bapak yang mendadak murah senyum itu. (Pasti lagi ada maunya. Hehe...)

Kedua karena kecerdasannya. Tidak, tidak. cerdas saja tidak cukup. Hary Tanoe tak hanya cerdas tapi juga bijaksana. Ia tahu rakyat Indonesia sekarang tak belajar apa-apa di sekolah. Sekolah tidak sekolah, kelakuannya sama saja. Walau pun kata-kata character building alias pembangunan karakter selalu didengung-dengungkan menteri pendidikan dan komplotannya, tapi itu persis seperti dalam lagu Iwan Fals, “Hanya celoteh belaka”

Tapi untung ada Hary Potter. Iya, iya, iya. Hary Tanoe, maksudnya. Ia punya channel televisi. Tak tanggung-tanggung, Pembaca, ada beberapa: MNC TV, Global TV, dan RCTI. Hary tahu adagium lama bahwa televisi jadi tuntunan dan tuntunan jadi tontonan”. Karena cukup peduli pada kita, ia mendirikan siaran televisi sebagai alternatif mendidik rakyat. Ia sengaja tak menampilkan tayangan-tayangan cabul, tayangan-tayangan yang menjual paha dan buah dada perempuan. Tak pernah ia tampilkan itu!

Sebaliknya, Hary, melalui televisinya, telah berperan memotivasi pemuda untuk belajar, berkarya dan bekerja. Tujuannya tidak lain agar bangsa ini mau keluar dari sifat melempem, konsumtif, dan tidak melulu jadi sasaran dagang bangsa asing, dari dulu sampai besok.

Berkat televisinya pula manusia-manusia Indonesia hari ini menjadi lebih berkualitas, berkarakter, dan tidak menjadi anak layangan yang mudah terbang kemana angin bertiup. Mereka tumbuh kuat, punya prinsip, dan tak mudah digiring.

Siaran-siaran yang digandrungi remaja semisal program musik (yang ada Luna Maya itu), sengaja tak ia putar di pagi hari. Menurut Hary itu dapat menganggu jam sekolah. Walau sekolah tidak mengajari mereka apa-apa, setidaknya itu lebih baik ketimbang menonton televisi. Menonton hiburan di pagi hari dapat membuat anak muda terlena juga mematikan hasrat mereka untuk berpikir dan berkarya.

Saya senang, Hary Tanoe telah berperan dalam membangun kebudayaan kita menjadi lebih baik hari ini. Ia telah membuat orang-orang Indonesia menjadi lebih beradab. Bukankah sekarang kita tidak pernah mendengar lagi berita tentang penyelewengan uang negara, tawuran antar siswa, penipuan, manipulasi dan pencurian? Di jalan raya saja kita sudah begitu sopan. Begitu lampu hijau menyala, tak kita dengar rentetan bunyi klakson. Kalau ada pejalan kaki menyeberang, pengendara mobil dengan senang hati melambatkan laju. Oh Tuhan, Bukankah ini sebuah kemajuan?

Bayangkan kalau kita tidak dididik oleh televisi-televisinya itu? Hidup kita di Indonesia ini akan amburadul dan penuh dengan kabar buruk. Kita akan bertubi-tubi mendengar berita-berita semisal korupsi, porno aksi dilakukan anak sekolahan, sogok-menyogok hakim, dan sebagainya.

Sekali lagi, Hary dengan tulus menjadikan televisi sebagai media untuk mendidik bangsa. Tidak pernah pun terbersit dalam pikirannya untuk menjadikan televisi sebagai alat propaganda politis, pencitraan, apalagi untuk memperdaya rakyat demi memperkaya diri.

Saya juga terharu, Pembaca, mendengar niat baik Hary Tanoe mencalonkan diri menjadi wakil presiden. Ia punya jiwa membangun, bukan jiwa seorang yang berorientasi bisnis. Tentu akan beda kalau seorang bermental bisnis yang mencalonkan diri jadi pejabat. Kemungkinan ia akan melulu mengukur laba rugi dan mencari celah untuk selalu dapat untung. Yah, namanya saja pengusaha. 

Ia dan Pak Wiranto punya jargon indah, “Bersih, Peduli dan Tegas”. Kalau Pak Wiranto bersih dalam karir militernya, misalnya waktu konflik di Aceh dulu, dia tidak melakukan apa-apa kecuali beristighfar saja dalam mesjid, Hary Tanoe pun demikian halnya. Ia bersih dalam dunia pertelevisian. Tayangan-tayangannya selalu bersih dan bagus untuk alam pikiran anak-anak indonesia. Membantu mereka berpikir kritis, dan tidak terlena.

Jadi begitulah, Pembaca. Andai kata Pembaca menemukan kebohongan dalam tulisan ini, saya tak sengaja. Semua karena saya terlalu senang pada Hary Tanoe. Terutama karena yang tadi itu. ehm... Sebenarnya saya agak malu bilangnya. Soalnya ia tampan sih! Imut lagi. Kayak boneka barbie gitu. hihi... []


Sumber gambar: inilah.com 

4 comments

Unknown 18 Desember 2013 pukul 21.11

nyoe cap (y) (y)bg putra hy..
hehe
hary tanoe seperti berbie, imut2 lom.
karap hi bg hamdah hah
:D

Putra Hidayatullah 25 Desember 2013 pukul 09.54

Haha.. Makasih, Dek Yan. Nyan cit ngegemesin meunyo kheun awak blah deh. hahaa

Lintasanpenaku 27 Desember 2013 pukul 10.15

HT pilihanmoe ya mas bro????

nyan ka can jeut keu jurkam droeneh....hahaha

Khaira 11 Februari 2014 pukul 05.44

majasnya kereeeennnn :D

Posting Komentar