-------

Jumat, 07 September 2012

Jadi Diri Sendiri

Baiklah, kali ini kita bicara tentang menjadi diri sendiri. Kenapa menjadi diri sendiri penting? Jawabannya karena tak ada orang lain yang bisa memainkan peran kita dengan lebih baik selain kita sendiri. Setiap orang  dikaruniai Tuhan kelebihan di bidang masing-masing. Tapi masih saja ada dorongan atau keinginan untuk menjadi orang lain. Rasanya kalau kita jadi orang lain hidup akan bahagia. Rasanya kalau jadi anak presiden kita akan selalu senang. Tapi yang jelas hidup akan lebih menderita kalau kita tak bisa menerima diri kita sendiri apa adanya. Menerima kekurangan diri juga kelebihan yang ada adalah kunci supaya kita bisa tersenyum. 

Tuhan sudah memberi kita akal untuk berpikir dan tenaga untuk bertindak. Di saat bersamaan, di dunia tempat kita tinggali ini ada berbagai macam hal termasuk di dalamnya godaan. Selalu ada godaan untuk melakukan hal-hal negatif. Dan kalau sudah melakukan hal positif, itu jarang bisa bertahan lama. Ya  karena itu, godaan. Tapi kalau yang negatif, jangankan tahan lama, hidup kita jadi berpola. Sebagai contoh, bangun pagi. Berdasarkan pengalaman saya, kalau kita atur waktu untuk bangun cepat, itu paling bertahan seminggu. Setelah itu kemungkinan untuk bangun terlambat jadi lebih besar. Tapi kalau soal bangun terlambat, katakanlah jam 10.00 pagi, itu akan ter-set dengan rapi. Setiap pagi jam 10.00 atau bahkan lewat sedikit. 

Begitulah hidup kalau tak terkontrol. Ia ibarat roda yang tak hanya membuat kita sekali di atas dan (berkali-kali) di bawah, tapi bisa bergelinding sendiri ke arah yang tak tentu. Ia berjalan sendiri tanpa tujuan sehingga ketika jenggot sudah memutih, mata berkunang-kunang, kita baru sadar bahwa kita belum sampai ke mana-mana. Kalau berbicara ini, saya teringat kata-kata instruktur saya waktu mengikuti sebuah pelatihan kemahasiswaan dulu. Pesannya, jadilah orang yang selalu berpacu dengan waktu. Setiap detik berusaha agar ketika melihat matahari kelak kita bisa tersenyum dan saat memandang ke belakang, tak ada air mata yang harus jatuh. Begitulah kata-katanya. Menggugah sekali bukan? 

Tapi itulah, di antara itu semua, penting sekali kita yakini bahwa Tuhan telah memberi kita harta karun yang letaknya dalam diri kita sendiri. Dengan menjadi orang lain, sama artinya kita mengubur anugerah. Terkadang saya berpikir masa depan itu ada dalam diri kita sendiri. Tapi kita menyibukkan diri, mengais dan menghiba pada yang jauh dan diluar kita. Kalau mengambil kutipan Iwan Fals, "sebab hidupnya dipacu nafsu". Kita mungkin serakah. Melihat orang lain dapat banyak, atau hebat di bidang tertentu, kita pun ikut-ikutan memilih jalan yang sama dengannya. Padahal belum tentu kita bisa bermain lebih baik dari orang tersebut. Meski ada kutipan, "aku bisa menahan apa pun kecuali godaan", tetaplah menjadil diri sendiri. . Tuhan telah menciptakan jalan untuk masing-masing kita. Ambil pahit, sesekali ambil manis, agar sampai di tujuan. Amiin.

0 comments

Posting Komentar