Merah sirup cap patong warna bibirmu. Tipis seperti seulas jeruk. Rautmu merona menjalar menghangatkan dada. Ah... Aku jadi salah tingkah.
Dek Natasha, aku ingin ke pantai. Maukah kau menemani? Kita biarkan butiran pasir merekat di kaki kita manja. Kita tatap kurungkom-kurungkom berlarian lincah mencari lobang masing-masing. Aih, betapa pemalunya mereka.
Lalu tanganmu yang lembut bagai kapas itu, aku menggenggamnya erat. Kau menatap wajahku lamat. Senyummu merekah membentuk lesung pipit mungil dengan pipimu sedikit memerah.
Tak sadar kita lewati waktu. Dan matahari pun padam. Perlahan kita berenang dalam cangkir surgawi. Kita mencium bau masa depan. Kita dengar suara anak-anak kita tertawa cekikikan. Aih... indahnya.
Fajar menjelang. Gemuruh ombak buat kita terjaga. Tampak perahu nelayan mulai beranjak pulang. Kecil, membesar dan semakin dekat. Seperti bara asmara di hati kita. Hening. Lalu kau mendekatkan bibirmu ke telingaku dan berbisik,
"Terimakasih, Cinta"
(Lututku bergetar. Tolong, aku speechless!)
0 comments
Posting Komentar