-------

Jumat, 21 September 2012

Pengaruh Khutbah

Jadi, tadi saya pergi salat jum'at. Saya senang karena sudah beberapa kali mendengar kuliah dari sang khatib. Bisa dikatakan beliau dikaruniai bakat retorika yang menakjubkan.
Pembicaran awalnya, sebagai pengantar, mengenai kematian. Beliau mengutip perkataan Nabi Muhammad, "tidur adalah saudara dekat kematian". Bicara tentang kematian juga bicara  kehidupan dan perbuatan. Setiap perbuatan yang kita lakukan dalam hidup adalah sejarah. Maka itu perbuatan menjadi penting dalam hal pembentukan sejarah kita masing-masing apakah positif atau sebaliknya. Orang-orang seyogyanya tak main-main dengan hidupnya. Ketika mendengar itu, saya langsung kata-kata Bang Mucle di Democrazy, "Hidup itu adalah permainan tapi jangan main-main dengan hidup"

Setelah bicara tentang kematian, beliau juga bicara tentang kualitas ummat Islam saat ini. "Kita tidak mampu berbuat apa-apa ketika islam disudutkan" Katanya. Beliau mengangkat kasus yang terjadi baru-baru ini, film Innocence of Muslim yang dalam film tersebut Rasul ullah terang-terangan dihina. Ketika Islam dijadikan boneka mainan dua adi kuasa dunia, Amerika-Rusia, kedua negara itu menunjukkan ego dan kehebatan senjata mereka di Suriah, Ummat hanya bisa berdiam diri atau pun melakukan demonstrasi yang tak jauh-jauh dari anarkisme. Terlebih lagi ketika Islam dikaitkan dengan label terorisme  yang padahal Islam sendiri mengutuk yang namanya terorisme. Bisa jadi setiap kekacauan yang mereka lakukan semacam uji coba yang sengaja mereka lakukan untuk menikmati bagaimana reaksi orang islam.

Di antara permasalahan terpenting yang dialami ummat islam saat ini adalah pendidikan. Khatib mengambil thesis seorang pakar pendidikan terkait dengan pendidikan di Aceh. "meski  masih bisa diperdebatkan" sebut khatib. Pakar itu menyebutkan ada dua tipe atau model pendidikan yang sedang berlangsung saat ini di Aceh. Yang pertama adalah sekolah. Pada sekolah yang dominan (hampir bisa dikatakan mutlak) terjadi adalah proses transfer ilmu ketimbang transfer nilai. Anak-anak diajarkan berbagai ilmu alam seperti biologi, fisika, kimia dan sebagainya tapi di saat bersamaan mereka mengalami kekurangan dalam kaitannya dengan transfer nilai. Artinya sekolah sangat mungkin melahirkan orang pandai tapi belum tentu cakap dalam memproduksi orang-orang yang taat dan berakhlak mulia. Begitu juga model pendidikan yang satu lagi yaitu dayah. Di dayah, proses transfer nilai berlangsung dengan lumayan baik tapi mengalami kekakuan dalam hal transfer ilmu. Pendidikan yang dibutuhkan oleh ummat saat ini adalah pendidikan yang di dalamnya terdapat transfer ilmu dan juga transfer nilai. 

Di sekolah bisa kita lihat betapa minimnya ilmu-ilmu agama diajarkan. Kita bisa membayangkan bagaimana tiga puluh tahun ke depan generasi setelah kita. Bisa jadi mereka akan menjadi generasi yang tidak mengerti agama. Untuk saat ini, krisis dalam hal tersebut sedikit disokong dengan keberadaan Rohis alias rohani islam. Tapi yang terjadi baru-baru ini malah rohis juga ikut dijadikan sasaran serangan. Rohis disebut sebagai muara lahirnya bibit teroris. Kita mencurigai jangan-jangan ada usaha tersistematis untuk merusak agama. Kita bisa lihat bagaimana sistem transfer nilai kita diserang terang-terangan.

Banyak permasalahan di sekeliling kita. Selanjutnya bagaimanakah kita mengambil peran sehingga bisa membentuk sejarah positif untuk diri sendiri dan ummat. Kita membutuhkan orang-orang yang mau bekerja untuk agama dan ummat. Maka mari kita mulai dari kita sendiri, sesuai profesi kita. Kalau kita seorang guru, mari memperbaiki kualitas kerja kita sehingga bermanfaat bagi ummat. Kalau kita dosen mari melakukan hal yang lebih baik. Kalau politisi, mari menjadi politisi yang tidak hanya memikirkan diri sendiri dan golongan sendiri. 

Jujur, saya senang dengan khutbah seperti ini. Karena menurut saya khutbah adalah salah satu cara untuk membangunkan kesadaran masyarakat yang setiap saat ditimbun oleh informasi-informasi negatif sehingga menjadikan diri mereka individu-individu yang apatis sampai hedonistik. Terus terang, saya sering kecewa ketika pergi ke mesjid tertentu di hari jumat. Saya bisa merasakan bagaimana kualitas isi khutbah yang sangat atau hampir tidak sedikit pun menyentuh aspek-aspek sosial dan permasalahan-permasalahan terkini terjadi. Akhirnya saya jadi berpikir dan mulai memberi tanda mesjid-mesjid mana yang sering mengundang khatib-khatib yang berkualitas dan mencerahkan.[]

0 comments

Posting Komentar